Bone-Bone: Desa Sunyi yang Lantang Melawan Asap Rokok

Di tengah kaki Gunung Latimojong, pada ketinggian 1.500 meter dari permukaan laut, berdiri sebuah desa yang tenang namun bersuara keras terhadap satu hal: asap rokok.

Nama desa ini Bone-Bone, terletak di Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Sekilas, tidak ada yang mencolok dari desa ini—rumah-rumah panggung kayu sederhana, kebun kopi yang membentang, dan udara yang sejuk menggigit. Namun siapa sangka, desa kecil ini telah memproklamirkan diri bebas rokok sejak tahun 2005, jauh sebelum kampanye anti-tembakau menjadi tren nasional.

Keputusan itu bukan datang dari pemerintah pusat, bukan juga dari lembaga kesehatan internasional. Melainkan dari kesadaran kolektif warga, tokoh agama, dan tokoh adat yang memutuskan: “Cukup. Kita ingin hidup sehat.” Maka dibuatlah peraturan adat: melarang merokok, menjual rokok, bahkan membawa rokok ke dalam wilayah desa.

Bukan sekadar simbolik. Siapa pun yang melanggar aturan ini dikenai sanksi sosial. Warga akan menegur, dan bila perlu, pelanggar diminta angkat kaki dari desa. Aturan ini berlaku bahkan bagi tamu dari luar. Di Bone-Bone, tidak ada kompromi terhadap asap.

Uniknya, semangat ini tidak membuat desa terasing. Justru sebaliknya, Bone-Bone menjadi buah bibir nasional. Pada 2012, desa ini dinobatkan sebagai juara nasional lomba desa. Kepala desanya diundang ke forum nasional untuk berbicara tentang kesehatan komunitas. Bahkan WHO pun menaruh perhatian terhadap inisiatif lokal ini.

Lebih dari sekadar bebas rokok, Bone-Bone telah membuktikan bahwa kesadaran masyarakat lebih kuat daripada regulasi pusat. Di saat kota-kota besar masih berdebat soal ruang bebas asap, desa ini telah menuntaskan perdebatan itu dua dekade yang lalu.

Kini, Bone-Bone sedang merintis jalan sebagai desa wisata. Wisatawan datang menikmati kopi arabika, air terjun tersembunyi, dan—yang paling langka—udara yang benar-benar bersih. Di sini, menghirup napas adalah pengalaman spiritual. Tidak ada bau knalpot, tidak ada asap rokok, hanya aroma tanah dan dedaunan yang segar.

Dalam sebuah era di mana kesehatan masyarakat kerap menjadi urusan birokrasi dan anggaran, Bone-Bone menunjukkan bahwa niat tulus dan keberanian kolektif bisa mengubah wajah sebuah komunitas. Bukan dengan dana miliaran, tapi dengan keteguhan moral.

Saya percaya, Bone-Bone bukan hanya desa. Ia adalah simbol perlawanan sunyi terhadap normalisasi racun dalam kehidupan sehari-hari.